Jumat, 17 Juni 2011

etika dan tanggungjawab sosial perusahaan


NAMA                                    :  MOH AGUSTIAN GASIM
NO. STAMBUK                     :  C 201 10 009
MATA KULIAH                     :  PENGANTAR MANAJEMEN
DOSEN PENGASUH            :  BENYAMIN PARUBAK, SE. MM

RESUME
ETIKA MANAJEMEN DAN TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN
a.      Pengertian Etika Manajemen.
Etika merupakan kode yang berisi prinsip dan nilai moral yang mengatur perilaku orang atau kelompok terkait dengan apa yang benar atau salah. Sedangkan Etika Manajemen merupakan standar kelayakan pengelolaan organisasi yang memenuhi kriteria etika.
b.      Kriteria untuk membuat keputusan yang etis
Dilemma etika merupakan situasi yang muncul ketika semua alternative pilihan atau perilaku dianggap tidak diinginkan karena potensi konsekuensi yang negatif, sehingga menimbulkan kesulitan untuk membedakan yang baik dan yang salah. Para manajer yang menghadapi pilihan etis yang sulit seperti ini sering memanfaatkan pendekatan normatif yang berdasarkan norma-norma untuk membimbing pembuatan keputusan mereka. Etika normatif menggunakan beberapa pendekatan untuk menggambarkan nilai-nilai acuan dalam pembuatan keputusan yang etis. Empat diantaranya yang relavan baghi para manajer adalah pendekatan manfaat, pendekatan individualisme, pendekatan hak-hak moral, dan pendekatan keadilan.
v  Pendekatan manfaat (utilitarian approach), Pendekatan yang dikemukakan oleh para filsuf diabad kesembilan Belasyakni Jeremy Bentham dan Jhon Stuart Mill menyatakan bahwa perilaku moral menghasilkan kebaikan terbesar bagi kelompok mayoritas. Atau dengan kata lain bahwa perilaku moral menghasilkan kebaikan paling utama dengan jumlah sebesar mungkin.
v  Pendekatan Individualisme (individualism approach), merupakan tindakan dianggap bermoral jika tindakan tersebut mendukung kepentingan jangka panjang individu yang akhirnya mengarah pada kebaikan yang lebih besar. Tujuan pribadi individu adalah yang terpenting, dan kekuatan-kekuatan eksternal yang membatasi tujuan pribadi tersebut harus sangat dibatasi.

v  Pendekatan hak-hak moral (moral-right approach) menegaskan bahwa manusia mempunyai hak-hak asasi dan kemerdekaan yang tak dapat diambil oleh keputusan seorang individu. Maka pada sebuah keputusan yang benar secara etika adalah keputusan-keputusan yang tidak melanggar hak asasi dari mereka yang dipengaruhi oleh keputusan-keputusan tersebut.
v  Pendekatan keadilan (Justice approach) menyatakan bahwa keputusan-keputusan moral harus didasarkan pada standar, keadilan, kewajaran, dan tidak memihak. Tiga jenis keadilan menjadi perhatian para manajer.
·        Keadilan distributif (distributive justice) menuntut agar perlakuan berbeda terhadap orang-orang yang tidak didasarkan pada karakteristik arbiter dimana Individu- individu yang dalam kaitan relevan dengan sebuah keputusan harus dilakukan serupa. Maka pria dan wanita tidak boleh menerima gaji yang berbeda jika mereka melakukan pekerjaan yang sama.
·        Keadilan prosedural (procedural justice) menuntut agar peraturan dijalanjan secara adil. Peraturan harus didefinisikan dengan jelas dan dijalankan dengan konsisten dan tidak memihak.
·        Keadilan kompensatori (compensatory justice) menyatakan bahwa individu-individu harus diberi kompensasi kerugian yang adil oleh pihak yang bertanggung jawab. Labih lanjut, individu-individu tidak boleh dipaksa bertanggung jawab atas urusan-urusan yang tidak berada dibawah kendali mereka.
c.      Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pilihan yang Etis
Ketika para manajer dituduh berbohong, menipu, atau mencuri, kesalahan itu biasanya ditujukan pada individu atau situasi perusahaan. Sebagian besar orang percaya bahwa individu membuat pilihan yang etis karena integritas individu, yang memang benar,  tetapi itu belum seluruhnya. Praktik bisnis yang etis atau yang tidak etis biasanya mencerminkan nilai-nilai, sikap, keyakinan, dan pola perilaku dari budaya organisasi; maka etika adalah masalah organisasi sekaligus masalah pribadi.
v  Manajer.  Para manajer mambawa kepribadian dan perilaku tertentu dalam pekerjaan mereka. Kebutuhan pribadi, pengaruh keluarga, dan latar belakang agama membentuk sistem nilai yang dimiliki seorang manajer. Karakteristik kepribadian tertentu seperti kelakuan ego, kepercayaan diri, dan rasa kemandirian yang kuat memungkinkan para manajer untuk membuat keputusan yang etis Salah satu perilaku pribadi yang penting adalah tahap pengembangan moral yang terbagi atas :
·         Tingkat Prakonvensional, Dalam konteks sebuah organisasi, tingkat ini dikaitkan dengan para manajer yang menggunakan gaya kepemimpinan otokratis atau paksaan, dimana para karyawan diorientasikan untuk penyelesaian tugas sebaik-baiknya.
·         Tingkat Konvensional, dalam konteks sebuah organisasi, para manajer belajar menyesuaikan harapan-harapan akan perilaku yang baik seperti yang didefinisikan rekan kerja, keluarga, teman dan masyarakat. Kolaborasi kelompok kerja adalah cara yang disukai untuk mencapai tujuan organisasi, dan para manajer menggunakan sebuah gaya kepemimpinan yang mendorong hubungan interpersonal dan kerjasama.
·        Tingkat Paskakonvensional, atau prinsip, individu dibimbing oleh suatu rangkaian nilai dan standar internal dan bahkan tidak akan mematuhi peraturan atau untdang-undang yang melanggar prinsip-prinsip ini.
v  Organisasi Nilai-nilai yang diterapkan dalam organisasi adalah penting, terutama saat kita memahami bahwa hampir semua orang berada pada tingkat kedua dari pengembangan moral, yang artinya mereka percaya bahwa tugas mereka adalah memenuhi kewajibandan harapan orang lain. Riset menunjukkan bahwa nilai-nilai sebuah organisasi atau departemen sangat mempengaruhi perilaku karyawan dan pembuatan keputusan.
d.      Pengertian Tanggungjawab Sosial
Defenisi formal dari tanggung jawab sosial (social responsibility) adalah kewajiban manajemen untuk membuat pilihan dan mengambil tindakan yang berperan dalam mewujudkan kesejahteraan masyarakat.  Walaupun defenisinya cukup jelas. Tanggung jawab sosial dapat menjadi sebuah  konsep yang sulit untuk dicerna,  karena memiliki keyakinan yang berbeda mengenai tindakan apa yang meningkatkan kesejahtreraan masyarakat. Yang membuat masalah semakin buruk, tanggung jawab sosial meliputi serangkaian masalah, banyak diantaranya membingungkan, sehubungan benar atau salah. Pengaruh lingkungan juga harus dipertimbangkan.
e.      Pihak-pihak Yang Berkepentingan Terhadap Organisasi
Pihak yang berkepentingan (stake holder) adalah kelompok di dalam atau di luar organisasi yang memiliki kepentingan dalam kinerja organisasi. Setiap pihak yang berkepentingan memiliki kriteria tanggung jawab yang berbeda, karena kepentingan yang berbeda dalam organisasi.

Pihak-pihak yang berkepentingan lainnya adalah pemerintah masyarakat. Hampir semua perusahaan muncul hanya dengan anggaran dasar yang layak serta lisensi dan beroperasi dengan dibatasi oleh undang-undang keselamatan, persyaratan perlindungan, dan undang-undang serta peraturan lain dalam sektor pemerintah.
Perusahaan-perusahaan yang baik terkadang  terlibat dalam kesulitan dengan para pihak yang berkepentingan, tapi perusahaan-perusahaan tersebut dapat mengambil tindakan untuk menenangkan mereka. Sekarang, kelompok dengan kepentingan khusus terus menjadi salah satu pihak yang berkepentingan yang diperhatikan perusahaan. Tanggung jawab lingkungan telah menjadi masalah utama karena baik publik maupun bisnis menyadari kerusakan yang  telah dilakukan terhadap lingkungan alam kita.
f.        Lingkungan Alam
Masalah-masalah lingkungan telah menjadi topik yang hangat diantara pemimpin bisnis, dan perusahaan-perusahaan besar serta bisnis kecil menargetkan usaha-usaha pemasaran untuk merayu konsumen yang sadar akan lingkungan. Tingakatan konsumen yang sadar akan lingkungan makin meningkat, seperti yang diungkapkan oleh sebuah studi baru-baru ini yang dilakukan oleh perusahaan riset yang berbasis di New York, Roper  Starch World Wide Inc. Roper membagi konsumen manjadi lima kategori:
v  True blue greens, 14% dari populasi, naik dari 11% pada tahun 1990, sangat berkomitmen dan memutuskan untuk membeli produk-produk ramah lingkungan dan mengubah perilaku pribadinya untuk membantu lingkungan alam.
v  Green back greens, 6% dari populasi, tidak selalu bersedia untuk membuat perubahan penting dalam perilaku pembelian mereka, namun mendukung pelestarian lingkungan dan sering memberikan suara bagi calon politik yang pro linglingan.
v  Sprouts, yang naik dari 26% pada tahun 1990 menjadi 35%, mencakupkan beberapa pembelian yang ramah lingkungan dan terlibat dalam pelestarian lingkungan dari waktu ke waktu.
v   Grousers, 13%, hanya mengakui adanya masalah-masalah lingkungan dengan segan.
v  Basic Brown, 32%, paling tidak aktif secara lingkungan dan umumnya tidak melakukan daur ulang atau mendukung peraturan pemerintah yang dirancang untuk membantu lingkungan alam.

Meskipun kelompok basic Brown yang apatis masih menggambarkan populasi yang besar, namun tingkatnya makin menurun. Sebagian besar pengamat setuju bahwa arah masyarakat mengarah terhadap kepedulian yang lebih besar bagi lingkungan alam dan semua makhluk hidup dan para para manajer harus menghadapi gelombang ”hijau” berikutnya. Lingkungan telah menjadi bagian integral dan strategi organisasi bagi perusahaan-perusahaan terkemuka.
g.      Mengevaluasi Kinerja Sosial Perusahaan
Tanggung jawab perusahaan dapat dibagi ke dalam empat kriteria, tanggung jawab ekonomi, tanggung jawab hukum, tanggung jawab etika, dan tanggung jawab diskresioner.semua tanggung jawab tersebut disusun dari atas ke bawah menurut tingkat kesulitan dan frekuensi yang dialamki oleh para manajer ketika menangani permasalahan tersebut.


v  Tanggung jawab Ekonomi
Keriteria pertama dari tanggung jawab sosial adalah tanggung jawab ekonomi (economic responsibilities). Institusi bisnis, di atas segalanya, adalah unit ekonomi dasar masyarakat. Tanggung jawabnya adalah menghasilkan barang dan jasa yang diinginkan masyarakat dan memaksimalkan laba bagi pemiliknya dan pemegang saham.
Tanggung jawab ekonomi, sampai batas ekstrim, disebut pandangan memaksimalkan laba (profit maximazing view), dianjurkan oleh penerima nobel ekonomi, Milton Friedman. Pandangan ini mengatakan bahwa perusahaan harus dioperasikan dengan basis orientasi laba, dengan misis tunggalnya yaitu meningkatkan labanya selama berada dalam peraturan permainan.
v  Tanggung Jawab Legal
Semua masyarakat modern menetapkan dasar bagi peraturan dan undang-undang yang diharapkan untuk diikuti oleh bisnis . Tanggung jawab legal (legal Responibilities) mendefinisikan apa yang dianggap penting oleh masyarakat sehubungan dengan perilaku perusahaan yang layak. Bisnis diharapkan memenuhi tujuan ekonomi mereka dengan kerangka kerja yang legal. Organisasi yang diketahui melanggar undang-undang adalah organisasi yang kinerjanya buruk dalam kategori ini. Produksi barang yang cacat dengan sengaja atau menagih seorang klien atas pekerjaan yang tidak dilakukan adalah ilegal.
v  Tanggung jawab Etika
Tanggung jawab Etika (ethical responsibilities) meliputi perilaku yang tidak perlu disusun dalam undang-undang dan tidak boleh melayani kepentingan ekonomki langsung perusahaan. Para pembuat keputusan harus bertindak atas dasar kesetaraan, keadilan, dan tidak memihak, menghormati hak-hak individu dan memberikan perlakuan yang berbeda hanya jika relevan dengan tujuan dan tugas organisasi. Perilaku yang tidak etis timbul ketika keputusan memungkinkan individu atau perusahaan mendapat keuntungan dengan mengorbankan masyarakat.
v  Tanggung jawab Diskresi
Tanggung jawab diskresioner (diskresioner responsibilities) adalah murni sukarela dan dituntun oleh keinginan sebuah perusahan untuk memberi konstribusi sosial yang tidak diperintahkan oleh ekonomi, undang-undang, atau etika. Aktivitasnya meliputi kontribusi amal yang murah hati yang tidak mendapat balasan bagi perusahaan dan memang tidak diharapkan.
h.      Mengelola Etika dan Tanggung jawab Sosial Perusahaan
Banyak manajer peduli pada perbaikan iklim etika dan tanggung jawab sosial perusahaan mereka. Mereka tak ingin dikejutkan atau dipaksa masuk ke dalam posisi obstruktif atau defensif. Seperti yang dikatakan salah seorang ahli pada topik etika, “manajemen bertanggung jawab untuk menciptakan dan menopang kondisi di mana orang-orang harus menjaga kelakuan mereka sendiri”. Para manajer harus mengambil langkah-langkah aktif untuk memastikan bahwa perusahaan berdiri dengan dasar etika.
v  Individu yang beretika. Manajer pada dasarnya adalah orang yang beretika, menjadi pilar yang pertama. Individu ini memiliki kejujuran dan integritas, yang tercermin pada tingkah laku dan keputusan mereka. Namun demikian menjadi seorang yang bermoral dan membuat keputusan yang etis saja tidak cukup. Manajer harus mampu menciptakan iklim estetika yang kuat bagi orang lain.
v  Kepemimpinan beretika. Melakukan pengulasan kinerja dan penghargaan secara efektif merupakan cara yang paling ampuh bagi manajer untuk mewujudkan arti pentingnya nilai. Menghargai perilaku beretika dan mendisiplinkan tindakan yang tidak beretika, di dalam seluruh tingkatan dalam perusahaan secara konsisten merupakan komponen yang penting dalam pelaksanaan kepemimpinan beretika.
v  Struktur dan sistem organisasi. Pilar ketiga dari organisasi yang beretika adalah sejumlah alat yang digunakan oleh manajer untuk membentuk dan mempromosikan perilaku yang beretika diseluruh organisasi. Ketiga alat ini adalah kode etik, struktur etika dan upaya mendukung pihak pembocor (whistle-blowers).
·         Kode etik (code of ehics) adalah suatu pernyataan resmi yang memuat nilai-nilai perusahaan mengenai etika dan isu-isu sosial; serta mengkomunikasikan prinsip-prinsip perusahaan kepada para karyawan. Kode etik cenderung muncul dalam dua jenis: pernyataan yang berdasarkan prinsip dan pernyataan yang berdasarkan kebijakan.
·         Struktur Etika. Struktur etika menggambarkan sistem, posisi, dan program yang beragam yang dapat diambil sebuah perusahaan untuk mengimplentasikan perilaku yang etis. Komite etika (ethics comittee) adalah sebuah perusahaan eksekutif yang ditujuan untuk mengawasi etika perusahaan. Kemite itu memberikan keputusan atas masalah rtika yang dipertanyakan. Komite etika menggunakan pedoman etika yang dibuatnya untuk mendisiplinkan para pembuat kesalahan, hal ini penting jika organisasi hendak mempengaruhi perilaku karyawan secara langsung.
·         Pembocoran kabar. Penyingkapan oleh seorang karyawan mengenai praktik ilegal, tak bermoral, atau tidak sah yang dilakukan oleh organisasi disebut pembocoran kabar (whistle-blowing). Tidak ada organisasi yang dapat bergantung hanya pada kode perilaku dan struktur etika untuk mencegah semua perilaku yang tidak etis.
Sampai derajat tertentu, usaha untuk membuat sebuah perusahaan bartanggung jawab tergantung pada individu-individu yang bersedia untuk mengungkapkan jika mendeteksi adanya aktivitas yang ilegal, berbahaya atau tidak etis.
i.        Etika dan Lingkungan Kerja Baru
Banyak perusahaan terbaik sekarang menyadari bahwa sukses dapat diukur dengan banyak cara, yang tidak semuanya muncul dalam laporan keuangan. Namun, hubungan antara etika dan tanggung jawab sosial sebuah perusahaan dan kinerja keuangannya menjadi perhatian baikbagi para manajer maupun ilmuwan manjemen dan telah menciptakan sebuah perdebatan yang seru. Salah satu hal yang diperhatikan oleh manajer adalah apakah menjadi warga negara yang baik akan membawa dampak buruk bagi kinerja-bagaimanapun program kerja membutuhkan uang. Sejumlah studi telah dilakukan untuk menentukan apakah peningkatan etika dan respon sosial meningkatkan atau menurunkan performa keuangan. Studi-studi itu telah memberikan hasil yang bervariasi namun umumnya menemukan adanya suatu hubungan kecil yang posistif antara tanggung jawab sosial dan kinerja keuangan.
Menjadi etis dan bertanggung jawab secara sosial tidak merugikan suatu perusahaan. Para manajer dan perusahaan dapat menggunakan kebijaksanaan mereka untuk memberikan kontribusi pada kesejahteraan masyarakat dan mempebaiki prestasi organisasi pada saat yang sama. Bagi interface, inc., profitabilitas dan tanggung jawab sosial telah menjadi tanggung jawab telah menjadi sinonim, seperti yang telah digambarkan dalam kotak kepemimpinan. Publik lelah akan praktik bisnis yang tidak etis dan tidak bertanggung jawab secara sosial. Perusahaan yang membuat komitmen tanpa kompromi untuk memelihara integritas dapat mewujudkan masa depan yang lebih baik bagi bisnis maupun masyarakat.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar